Saturday, September 29, 2012

LKDO 2012


Dalam rangka pembekalan untuk mengemban amanah organisasi OSIS SMAN 1 Purwantoro, pada tanggal 29-30 September 2012 melaksanakan pembelakan keorganisasian yang bertemakan bertanggungjawab dan dapat dipercaya. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh calon pengurus OSIS periode 2012/2013.

Kegiatan ini bertujuan untuk melatih dan memberikan pembekalan kepada calon pengurus OSIS mengenai seluk beluk keorganisasian dan pendidikan karakter agar kelak saat menjadi pengurus OSIS menjadi pengurus yang solid handal dan dapat menjalankan amanah dengan baik.

Dalam sambutan pembukaannya Drs.H. Hasim Koiman, M.Pd menyampaiakan harapanya kepada seluruh calon pengurus bahwa sebagai pengurus OSIS hendaknya menjadikan pioner bagi siswa SMAN 1 Purwantoro dalam mendukung dan mensukseskan seluruh program sekolah dan benar-benar menjadi pengurus yang dapat diandalkan.(DNP)

MENGUASAI DUNIA DENGAN BELAJAR GEOGRAFI


Ketika kita mendengar pelajaran Geografi yang pertama terlintas di benak kita adalah pelajaran tentang kebumian dan hafalan-hafalan yang menyesakkan dada seolah tak sanggup untuk mengahfalkan seisi bumi ini. Pola pemikiran inilah yang kadang menghambat kita untuk mempelajari geografi karena telah terkonsep bahwa pelajaran geografi itu hanya hafalan,hafalan dan hafalan. Sebenarnya hal itu juga tak sepenuhnya salah tapi juga tak sepenuhnya benar. Karena pada hakekatnya pelajaran geografi adalah pelajaran yang membekali kita untuk berfikir secara spasial atau berfikir secara keruangan. Nah, timbul pertanyaan, berfikir secara keruangan yang seperti apa? Berfikir secara keruangan di dalam pelajaran geografi adalah berfikir mengenai persamaan dan perbedaan di ruang muka bumi ini dengan segala karakteristiknya sehingga setelah mempelajarinya timbul pertanyaan dalam benak kita” mengapa bisa seperti itu?” Sebenarnya untuk bisa menjawab pertanyaan seperti tidaklah mudah namun juga cukup menyenangkan ketika kita benar-benar menghayati pertanyaan itu. Karena saat ini sumber informasi di dunia maya mudah sekali diakses banyak hal yang bisa kita dapat di sana. 
Bagaimana dengan belajar geografi bisa menguasai dunia ?

Wednesday, September 26, 2012

TIPE DAN GAYA BELAJAR BERDASARKAN MINAT BAKAT SISWA

1. Kecerdasan Logika Matematika: Merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka-angka dan penalaran (logika). Kecerdasan ini meliputi kemampuan di bidang sains, mengklasifikasikan dan mengkategorikan informasi, berfikir dengan konsep abstrak untuk menemukan hubungan antara suatu hal dengan hal lainnya, memecahkan masalah secara logis, terutama dalambidang matematik (manipulasi angka) Cara belajar yang dapat digunakan dan sesuai untuk siswa yang memiliki Kecerdasan Logika Matematika adalah dengan melakukan eksperimen atau percobaan-percobaan, menganalisa suatu hubungan atau masalah, banyak mengajukan pertanyaan, dan membuat kategori, serta menjelaskannya. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk siswa yang memiliki Kecerdasan Logika Matematika antara lain menjadi seorang pengacara, analis, akuntan, insinyur, dokter, ilmuwan (biologi, kimia, farmasi, atau fisika), programer komputer, peneliti (riset), dan bankir. 2. Kecerdasan Visual Spasial: Merupakan kecerdasan berfikir dalam dua dimensi (2D) dan tiga dimensi (3D). kemampuan ini meliputi kepekaan akan bentuk dan ruang, misalnya dalam memahami arah, menemukan lokasi atau jalan, dan memperkirakan hubungan antar benda dalam ruang. Termasuk juga kemempuan untuk menganalisis fungsi, diagram dan grafik, membuat sketsa, menulis dan melukis, mendesain, dan menginterpretasikan gambar-gambar visual, serta memiliki kepekaan terhadap warna dan garis Beberapa pilihan karier yang cocok untuk siswa yang memiliki Kecerdasan Visual Spasial antara lain menjadi seorang arsitek, pilot, pelaut, desainer, perencana tata kota, seniman (pengrajin, pematung, dan pelukis), fotografer, dan animator 3. Kecerdasan Intrapersonal: Merupakan kecerdasan dalam mengerti dan memahami diri sendiri, mengenal baik kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki, menyadari perasaan, harapan, keinginan dan tujuan yang hendak dicapai, serta mampu untuk memahami peran dirinya dalam hubungan dengan orang lainCara belajar yang dapat digunakan dan sesuai dengan Kecerdasan Intrapersonal adalah dengan bekerja di ruangan tersendiri, merenungkan dan mengulang materi belajar, serta menetapkan target yang hendak dicapai untuk diri sendiri. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk Kecerdasan Intrapersonal antara lain menjadi seorang trainer, wirausahawan, penulis, peneliti, konselor, psikiatri atau psikolog, dan pemuka agama 4. Kecerdasan Naturalis Merupakan kecerdasan dalam memahami alam, yang meliputi kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengklasifikasikan perbedaan maupun persamaan cirri-ciri di antara spesies, baikflora maupun fausa, misalnya tumbuh-tumbuhan, binatang, dan lingkungan hidup lain , serta mampu berinteraksi secara efektif dengan orang lain Cara belajar yang dapat digunakan dan sesuai untuk Kecerdasan Naturalisadalah belajar sambil berinteraksi dengan alam, misalnya jalan-jalan ke alam bebas atau mengelompokkan dan menghubungkan isi pelajaran dengan hal-hal yang berkaitan dengan alam. 5. Kecerdasan Linguistik: Merupakan kecerdasan dalam menggunakan bahasa atau kata-kata secara efektif, baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini antara lain meliputi kemampuan untuk berbicara, menulis bercerita, maupun mendengarkan, menganalisa tata bahasa, mengerti kata-kata, serta nuansa makna kata, mengingat informasi, dan mampu meyakinkan orang lain akan pendapatnya Cara belajar yang sesuai untuk Kecerdasan Linguistik adalah dengan banyak membaca buku, menceritakan ulang tentang apa yang sudah dibaca, menonton film, dan mendengarkan suatu peristiwa atau cerita. Selain itu, anak juga dapat memanfaatkan kamus sebagai alat bantu untuk mempelajari kata-kata sulit atau kata-kata baru dalam meningkatkan kecerdasan di bidang Linguistik ini. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk Kecerdasan Linguistik antara lain menjadi seorang penulis, editor, jurnalis, guru, pengacara, penerjemah, reporter, bagian humas (public relation), dan manajer. 6. Kecerdasan Interpersonal: Merupakan kecerdasan dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kecerdasan interpersonal ini antara lain meliputi kemampuan untuk memahami dan berkomunikasi dengan orang lain, mengenali perasaan, kebutuhan, motivasi, dan perilaku orang lain dengan jeli, dapat melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain, bekerja sama dengan kelompok, membangun kepercayaan, mencari pemecahan masalah dalam suatu konflik, serta mempertahankanhubungan positif dengan orang lain. Cara belajar siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal adalah dengan berkomunikasi dengan orang lain, seperti bercerita atau bertanya dan bekerja dalam kelompok. Selain itu, orang tua juga dapat membantu dengan cara bercerita atau membacakan sesuatu dan mendiskusikannya bersama. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk siswa yang memiliki Kecerdasan Interpersonal antara lain menjadi seorang pengajar, konselor, marketer, politisi, businessman, guru, pekerja sosial, aktor, dang seorang ahli terapis 7. Kecerdasan Musikal: Merupakan kecerdasan dalam bidang music, yang meliputi kemampuan untukmemahami, mengapresiasi dan menciptakan music, serta memiliki kepekaan terhadap ritme, melodi maupun nada. Cara belajar yang sesuai untuk Kecerdasan Musikal adalah belajar sambil mendengarkan musik, bernyanyi atau sambil mengikuti ritme atau ketukan. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk Kecerdasan Musikal antara lain menjadi seorang pengarang lagu, pemusik, penyanyi, komposer, music conductor, guru musik atau guru vocal 8. Kecerdasan Kinestetik Merupakan kemampuan untuk menggunakan tubuh atau bergerak dengan ketepatan (presisi), bergerak untuk mengekspresikan ide-ide dan perasaan/emosi tertentu, serta kemampuan untuk menggunakan ketrampilan tubuh. Kecerdasan Kinestetik meliputi kemampuan menari, pantomim, olahraga, menggunakan bahasa tubuh, berakting, dan menggunakan tangan untuk menciptakan atau membangun sesuatu. Kecerdasan kinestetik ini pada umumnya telah dapat diamati sejak masih kanak-kanak, yakni dari gerakan saat bermain, berlari, menendang, menari dan seterusnya. Cara belajar yang sesuai untuk potensi Kecerdasan Kinestetik adalah dengan langsung menyentuh benda yang ingin dipelajari sehingga dapat memproses informasi melalui sensasi fisik atau belajar sambil membuat gerakan-gerakan, seperti berjalan mondar-mandir, menggunakan tangan dan sebagainya. Beberapa pilihan karier yang sesuai untuk Kecerdasan Kinestetik antara lain menjadi seorang aktor, pantomim, penari, olahragawan atau guru olahraga, perakit, koreografer, dan dokter bedah.
by: Catur Anggraini, S.Psi ...............semoga bermanfaat................

Tuesday, September 25, 2012

MENUJU KURSI OSIS 1


Dalam rangka reorganisasi pengurus OSIS 2011/2012 sabtu (22/9) SMAN 1 Purwabntoro menggelar pemilihan ketua OSIS. Dalam pemilihan ini diikuti oleh 5 kandidat yang diantaranya adalah seorang siswi. Kandidat yang turut bertarung dalam pemilihan ini adalah Agus Haryanto, Herman R, Irwan S,Aditya P dan Nina H. 

Kegiatan ini diawali dengan kegiatan presntasi visi misi setiap kandidat kemudian dilakukan tanya jawab dan kemudian dilakukan kegiatan pencontrengan. Pemilihan ini didikuti oleh  seluruh siswa SMAN 1 Purwantoro dengan keseriusan dengan harapan mendapatkan pemimpin yang terbaik diantara kandidat yang terbaik.

Setelah kegiatan pencontrengan selesai panitia pemungutan suara melakukan penghitungan suara pada pukul 13.45 WIB dengan didikuti oleh para saksi tiap kandidat, panitia pemungutan suara dan wakasek kesiswaan. Dari hasil penghitungan diperoleh jumlah suara sebagai berikut:
Agus Haryanto 303 (56,01 %)
Herman R 133 (24,58 %)
Irwan S 47 (8,69 %)
Aditya P 38 ( 7,02 %)
Nina H 20 (3,7 %)
Sedangkan suara yang rusak adalah sebesar 55 suara

"Kegaiatan ini merupakan sarana latihan untuk berdemokrasi dilingkup sekolah sehingga ketika kelak terjun kemasyarakat telah terbiasa hidup berdemokrasi" tutur salah satu pembimbing osis disela-sela pemungutan suara. (DNP)

Tuesday, September 18, 2012

PERKEMBANGAN INDIVIDU

Setiap mahluk hidup cendrung mengikuti pola kehidupan yang khas bagi spesiesnya. Spesies manusia memiliki karakteristik yang berbeda dengan spesies mahluk yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan manusia secara relatif mengikuti suatu pola yang sama.
Meskipun antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam banyak hal adalah sama, tapi juga terdapat perbedaan diantara mereka. Dalam pengertian secara kualitatif adalah sama tapi berbeda dalam kuantitatif. Perbedaan yang bersifat kuantitatif ini dapat terjadi pada aspek apapun dan dapat sangat bervariasi.
Ada tiga istilah yang seringkali dipakai secara bergantian untuk mengatakan hal yang sama, yaitu istilah-istilah growth, maturation, dan development. Walaupun ketiga konsep itu berbeda, tapi dalam prakteknya seringkali sukar untuk memisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Arti kata growth menunjukkan hasil penggandaan sel, khromosom, syaraf, dsb. yang terdapat dalam diri individu. Karena itu growth adalah pertambahan secara kuantitatif baik dalam hal berat, panjang, besar, atau jumlah dari suatu ogan tertentu. Walaupun tidak selalu, pertumbuhan seringkali disertai dengan perkembangan.
Istilah maturation berarti suatu proses kemajuan dari suatu aspek menuju ke arah berfungsinya aspek tersebut. Jadi maturation adalah proses dari belum berfungsinya sampai dengan berfungsinya suatu aspek. Disebutkan bahwa maturation merupakan inner process of growth.
Development dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan kualitas atau fungsi dari suatu aspek menyertai adanya pertumbuhan aspek tersebut dan sebagai akibat pengaruh belajar atau latihan.
Misal: aspek fisiologis individu mengalami pertumbuhan sejalan bertambahnya usia (dan selama itu pula terjadi proses maturation menuju pada kondisi mature) sehingga selanjutnya aspek tersebut dapat berfungsi, yaitu menerima pengalaman. Dengan menerima pengalaman (belajar atau latihan) maka ia mengalami perkembangan.


PEREKEMBANGAN TEORI KOGNITIF DARI PIAGET
Jean Piaget menyusun teorinya dengan meneliti anaknya dan anak-anak lainnya secara kualitatif.
Konsep-konsep utama dalam teori Piaget.
Piaget memandang perkembangan kemampuan intelektual atau kognitif anak melalui empat stage perkembangan, yang masing-masing stage dicirikan dengan kemunculan kemampuan baru dalam pengorganisasian berfikir. Menurutnya perkembangan kognitif sebagian besar tergantung pada manipulasi dan interaksi anak terhadap lingkungannya, dan pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui perbuatan.

Skema. Pola berfikir atau pola perilaku yang digunakan anak dalam menangani objek disebut skema. Skema bisa bersifat sederhana seperti ketika seorang bayi mengetahui cara meraih suatu objek; atau bersifat kompleks, seperti siswa belajar cara memecahkan soal-soal matematika. Skema dapat diklasifikasikan dalam domain perilaku seperti memegang, nyetir mobil; atau domain kognitif seperti memecahkan problem, mengkatregorisasikan konsep.

Asimilasi. Asimilasi pada dasarnya adalah proses memasukkan objek atau peristiwa baru ke dalam skema yang ada. Proses ini mirip dengan memasukkan data baru ke dalam komputer. Tapi karena hanya data maka harus dikoding secara benar sebelum dimasukkan, objek atau peristiwa yang akan diasimilasi harus sesuai dengan skema yang ada. Oleh karena itu asimiliasi meliputi bukan hanya sekedar mengambil informasi baru, tapi juga termasuk menyaring dan memodifikasi masukan, sehingga masukan tersebut sesuai.

Akomodasi. Kadang-kadang, cara-cara lama untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu tidak berhasil. Misalnya, bayi disuruh pegang telur maka telur itu akan pecah karena bayi mempunyai skema memegang erat suatu objek. Sebagai akibat yang tidak diharapkan bayi akan mengubah skemanya. Piaget menggunakan istilah akomodasi untuk menerangkan perubahan skema karena berhubungan dengan objek baru.
Ekuilibrasi.
Individu yang menghadapi objek atau tugas baru dan tidak dapat menyelesaikan dengan skema yang dimiliki akan menghasilkan suatu keadaan yang disebut oleh Piaget sebagai disekuilibrium atau imbalance antara apa yang dimengerti dengan apa yang dihadapi. Secara alamiah orang akan berusaha mengurangi keadaan imbalance seperti itu dengan memfokuskan pada stimulus yang menyebabkan keadaan imbalance, dan kemudian mengembangkan skema baru atau mengadaptasi yang lama sampai keadaan balance kembali. Proses memperbaiki balance ini disebut ekuilibrasi. Menurut Piaget, belajar tergantung pada proses ini. Ketika ekuilibrium atau keadaan balance terganggu, justru anak mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.(motivasi)

TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget membagi perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahapan (stage), yaitu (1) sensorimotor, (2) praoperasional, (3) operasional kongkrit, dan (4) operasional formal. Perkembangan semua anak melalui keempat tahapan secara urut, tak ada yang melompat, meskipun anak yang satu dan anak yang lain melewatinya dengan kecepatan yang beda.

Stage Sensorimotor (Lahir-2tahun)
Stage ini disebut sensorimotor karena pada stage ini bayi mengeksplor dunianya dengan menggunakan indranya dan kemampuan motoriknya.
Semua bayi memiliki perilaku bawaan sejak lahir yang disebut refleks. Misalnya kalau kita menempelkan jari kita ke bibir bayi, maka ia akan mengisap jari kita; menempatkan jari kita di telapak tangan bayi maka ia akan menggenggamnya.
Berikutnya muncul perilaku yang bertujuan. Bayi hanya akan mengulangi perilaku yang menghasilkan hal menarik atau menyenangkan.
Selanjutnya memecahkan problem yang sangat sederhana, seperti mencari hal-hal yang berada di luar pandangannya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa bayi mengerti bahwa objek itu ada dan bersifat kontinyu, bahkan ketika ia tidak melihat objek tersebut. Ini menunjukkan bahwa anak mengerti tentang kepermanenan objek (object permanence). Ketika bayi menyadari benda itu ada tapi berada di luar pandangannya, berarti bayi mulai dapat menggunakan simbul.
Tanda lain stage sensorimotor adalah munculnya belajar dengan trial and error. Misalnya objek yang diinginkan ditempatkan di atas selimut yang masih dalam jangkauan. Bayi akan mencoba beberapa kali untuk meraih objek tersebut dan berhenti ketika tak mampu meraihnya, tapi bayi yang lebih tua, ia akan mencobanya dengan cara lain, yaitu dengan cara menarik selimut sehingga objek dapat diraih.

Stage praoperasional (2-7tahun)
Kalau pada masa bayi anak mempelajari dunianya dengan memanipulasi objek secara fisik, maka pada periode prasekolah, anak sudah memiliki kemampuan menggunakan simbul-simbul untuk mengatakan suatu objek. Misalnya huruf “a” dapat berarti “apel” atau anak menyuarakan huruf “a” untuk mrngatakan apel. Selama stage praoperasional ini, pemahaman konsep dan bahasa berkembang dengan cepat (masa peka).
Penemuan Piaget terpenting pada stage ini adalah bahwa anak belum mengerti prinsip konservasi. Misalnya dua gelas yang sama berisi susu dengan volume yang sama; susu di gelas pertama dituangkan pada gelas ketiga yang lebih besar; anak mengatakan bahwa volume pada gelas kedua lebih banyak daripada volume susu pada gelas ketiga. Kesalahan kesimpulan anak pada tugas-tugas konservasi semacam itu disebut centration, (dalam contoh volume susu tersebut anak melihat pada tingginya isi susu dalam gelas dan mengabaikan lebarnya gelas).
Jalan fikiran anak pada stage ini dapat juga dicirikan sebagai tidak dapat diubah (irreversible). Menurut Piaget kemampuan mengubah cara berfikir (reversibility) merupakan satu aspek penting dalam berfikir seseorang, dan secara sederhana diartikan sebagai kemampuan mengubah arah dalam berfikir seseorang sehingga ia dapat kembali pada titik pangkal (starting point). Jika anak dapat berfikir bahwa 7 jeruk ditambah 5 jeruk menjadi 12 jeruk, maka ia akan mengerti bahwa apabila ia memiliki 12 jeruk diambil kakanya 5, maka ia mengerti masih memiliki 7 jeruk. Kemampuan mental yang dapat diubah atau dibalik (reversible) semacam ini disebut operasi.

Stage operasional Kongkrit (7-11 tahun).
Anak pada stage ini tidak banyak mengalami kesukaran dengan problem-problem konservasi karena mereka telah memperoleh kosep reversibility.
Perkembangan aspek kognitif anak ditandai dengan munculnya kemampuan berfikir secara logis tentang objek-objek kongkrit. Anak dapat menarik kesimpulan berdasar nalarnya, tidak hanya berdasar persepsi.
Satu perbedaan mendasar antara stage praoperasional dan operasional kongkrit adalah bahwa pada anak yang berada dalam stage praoperasional, memberi respon pada penampakan suatu objek, sedangkan anak pada stage operasional kongkrit memberikan respon pada kenyataan yang ia simpulkan (inferred reality). Flavell mencontohkannya dengan menunjukkan mobil mainan berwarna merah kepada anak, kemudian mobil itu dibungkus dengan warna hitam sehingga nampak berwarna hitam. Ketika anak ditanya tentang warna mobil tersebut, anak usia 3 tahun mengatakan “hitam” sedangkan anak usia 6 tahun mengatakan “merah”. Jadi anak pada stage praoperasional menjawab berdasar tampilan luarnya, sedangkan anak pada stage operasional belum mampu menyimpulkan arti dibalik apa yang ia lihat.
Anak sudah mampu berfikir secara logis yang tidak terbatas hanya pada objek yang nyata saja, tapi juga pada objek yang bersifat hipotetik dan abstrak. Anak sudah mampu memecahkan problem abstrak secara sistematis dan menggeneralisasikan hasilnya. Flavell mengidentifikasi ada tiga karakteristik berfikir operasional, yaitu (1) berfikir secara abstrak, (2) berfikir secara sistematis, dan (3) berfikir secara hipotetik dan deduktif.

Stage Operasional formal (11 tahun-masa dewasa).
Dalam stage operasional formal pola berfikir remaja berkembang menuju bentuk karakteristik berfikirnya orang dewasa. Pada masa remaja awal anak mulai mampu berfikir secara abstrak dan dapat melihat kemungkinan-kemungkinan di sebalik “di sini dan sekarang”.
Dengan munculnya kemampuan berfikir operasional formal untuk menghadapi situasi-situasi potensial dan hipotetik, maka pemahaman anak tentang “bentuk” bebeda dengan pemahaman tentang “isi”. Contoh: Anak pada stage operasional kongkrit ketika diberitahu bahwa Anggi lebih tinggi dari Rian dan Rian lebih tinggi dari Evan, mereka ia akan mengerti bahwa Anggi lebih tinggi dari Evan. Akan tetapi apabila problemnya dibuat seperti Rian lebih pendek dari Anggi, dan Rian lebih tinggi dari Evan, siapa di antara ketiganya yang paling tinggi? Anak pada stage operasional kongkrit masih mengalami kesukaran untuk menjawabnya, tapi tidak demikian bagi anak pada stage operasional formal. Anak pada stage operasional kongkrit umumnya masih tenggelam dalam kombinasi “hubungan lebih tinggi dari” dan “lebih rendah dari”.

by: Catur Anggraini, S.Psi

Monday, September 17, 2012

GALERI PERPEGAK 2012

Upacara Pembukaan

Dewan Pembina

Adat Ambalan

Penyematan Tanda Panitia dan Peserta

Penyematan Tanda Jabatan

Kekidmatan Upacara

Awal Perjalanan Penjelajahan

Sholat Tetap Utama

Outbond Ceria

Semarak Api Unggun

Panitia Nan Ceria

Walaupun Capek Tetep Ceria




SMAN 1 PURWANTORO GELAR PERPEGAK 2012


Dalam rangka pendidikan karakter kepramukaan SMAN 1 Purwantoro menggelar perkemahan pra penegak (Perpegak). Kegiatan ini dilaksanakan pada tangaal 7-9 September 2012 bertempat di bumi perkemahan YOSFATMA Tegalrejo Purwantoro. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin tahunan untuk penerimaan tamu ambalan.

Kegiatan ini dibuka langsung oleh kepala SMAN 1 Purwantoro Drs. H Hasim Koiman, M.Pd. Dalam pidatonya menyampaiakan keprihatinan terhadap moral generasi muda yang cenderung kepada hal-hal yang negatif. Pesan dalam pidatonya agar generasi muda senantiasa membekali diri dengan karakter mulia dan tidak terpengaruh dalam dengan runtuhnya moral generasi muda sekarang ini.

Kegiatan ini teridiri dari kegiatan ruang dan lapangan. Kegiatan ruang ditujukan untuk memberikan pengetahuan mengenai kepramukaan dan kegiatan lapangan ditujukan untuk mendidik para peserta mengaplikasikan kecakapan dan pengetahuan dalam kepramukaan.

Perpegak sangat menarik dan memberikan pengalaman baru dalam dunia kepramukaan. Meskipun capek namun banyak hal yang saya dapatkan dalam kegiatan ini”. kesan peserta di sela-sela kegiatan.
Sebagai puncak kegiatan digelar api unggun dengan pesona kembang api yang meletup keangkasa yang menggambarkan letupan semangat generasi muda yang trus berkarya demi bangsa ini. Dan api unggun yang berkobar menggambarkan semangat generasi muda sebagai generasi bangsa.(DNP)

Friday, September 7, 2012

MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF (lanjutan)

2. Peristiwa Pengajaran (Events of Instruction)
Berdasar atas analisanya terhadap peristiwa-peristiwa belajar, Gagne
mengusulkan adanya peristiwa-peristiwa yang kritis dalam pembelajaran selaras dengan peristiwa belajar siswa.
a. Memotivasi siswa dengan menginformasikan tujuan
Langkah I dalam mengajar adalah memunculkan motivasi siswa untuk belajar. Caranya adalah dengan memunculkan minat siswa terhadap materi pelajaran dengan menginformasikan manfaat pelajaran tersebut di kemudian hari. Siswa butuh mengetahui mengapa ia harus mempelajari, apa dan seperti apa yang akan mereka pelajari.
b. Mengarahkan atensi
Guru harus mengarahkan atensi siswa pada informasi yang relevan guna memfokuskan energi mental siswa terhadap hal-hal yang penting. Hal ini dapat dilakukan secara langsung dengan menggunakan diagram atau menandai konsep-konsep penting.
c. Menstimulasi recall
Agar siswa dapat berhasil mengasimilasi informasi, mereka perlu merecall informasi terkait yang ada dalam memory mereka. Guru harus menstimulir recall melalui ingatan siswa terhadap informasi terdahulu dan hubungannya dengan materi yang baru. Misal guru mereviu konsep sentimeter sebelum mengajar sentimeter kubik.
d. Menyediakan bimbingan belajar
Bentuk bimbingan belajar yang diberikan kepada siswa tergantung pada tujuan belajar, apakah belajar konsep, prinsip, atau yang lain. Dalam discovery learning, bimbingan belajar dapat mengambil bentuk penyediaan materi dan petunjuk pelaksanaan atau ilustrasi yang tepat.
e. Meningkatkan retensi
Retensi terhadap informasi yang baru diperoleh dapat ditingkatkan melalui beberapa cara. Salah satunya adalah dengan menyuruh siswa mempraktekkan kemampuan matematika yang baru diperoleh. Cara lain adalah dengan memberikan banyak contoh. Reviu berjarak beberapa hari juga dapat meningkatkan retensi.
f. Mempromosikan transfer belajar (untuk generalisasi)
Segera setelah informasi baru masuk dalam memory siswa, tugas selanjutnya adalah memastikan bahwa siswa dapat melakukan transfer atau generalisasi prinsip-prinsip atau konsep-konsep pada peristiwa-peristiwa baru, seperti aplikasi pemecahan problem atau aplikasi ke bidang-bidang lain seperti hubungan antara sentimeter kubik ke dalam liter.
g. Memperoleh performansi, menyediakan umpan balik
Pada akhir siklus pengajaran siswa harus menunjukkan apa yang sudah mereka ketahui sehingga guru dapat mengatakan apakah mereka berada pada track yang benar atau salah.


Istilah active learning mempunyai konotasi constructivism, yaitu belajar secara aktif dan dikonstruksi dalam konteks sosial. Ide dasarnya adalah bahwa siswa mendapat pengertian dalam belajar melalui interaksinya dengan lingkungannya, dan bahwa siswa dilibatkan dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka. Kelompok konstruktivis menekankan belajar berorientasi pada pemecahan problem karena dengan demikian siswa aktif melakukan sesuatu sehingga dapat mentransformasi informasi menjadi pengetahuan. Partisipasi aktif siswa dengan berinteraksi dan memanipulasi lingkungan merupakan syarat dalam aktivitas belajar. Kelompok ini menambahkan bahwa pengetahuan tidak akan diperoleh siswa dari sumber eksternal, misalnya hanya dengan model ceramah dimana guru memberikan informasi satu arah kepada siswa. Pengetahuan dihasilkan melalui aktivitas siswa. Belajar atau usaha memperoleh pengetahuan merupakan proses perbandingan antara pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sudah dimiliki siswa, yang berfungsi memperkuat apa yang sudah diketahui sebelumnya, yang dalam istilah Piaget terjadai proses adaptasi terhadap pengetahuan tersebut (http://home.okstate.edu/homepages.nsf/toc /EPSY5463C142).
Pengetahuan sebelumnya atau pengalaman masa lalu akan membantu siswa dalam belajar, karena ia merupakan representasi semua domain belajar, kognitif, afektif, dan psikomotorik. Oleh karena itu pengalaman atau belajar masa lalu tidak sekedar menentukan apa yang mampu siswa pelajari, tetapi juga apa yang ingin ia pelajari. Jadi untuk menumbuhkan minat belajar siswa, guru harus memperhatikan pengalaman belajar siswa sebelumnya; dan perlu dicatat bahwa komponen afektif ini seringkali lebih menentukan keberhasilan belajar siswa daripada kemampuannya. Belajar yang bermakna berhubungan dengan apa yang sudah diketahui siswa dan hal itu akan menjadikan andalan dan mengubah apa yang diketahui. Semua pengetahuan adalah produk dari aktivitas konstruktivistik individu. Kita tidak mendapatkan kebenaran tanpa kita mengembangkan konstruksi secara terus-menerus untuk menerangkan realita seperti yang kita lihat. Tidak ada pengetahuan yang dapat langsung dan tanpa dimediasi.
Sumbangan psikologi kognitif dalam proses belajar-mengajar berbasis kompetensi misalnya membangkitkan curiosity (surprise, mengherankan, kontradiksi, novelty), memfasilitasi agar siswa menguasai konsep dasar dan prinsip dasar (gunakan peta, grafik, film, dsb), memfasilitasi agar siswa mampu melakukan generalisasi konsep dan prinsip (aktivitas luar kelas), membuat siswa mampu mendapatkan kesamaan informasi pengetahuan dengan pengalaman nyata dalam kehidupan (contoh-contoh aplikasi, diskusi kelas).
Kerja Bruner berpengaruh terhadap pendekatan humanistik dalam pendidikan. Gerakan pendidikan humanistik, penerus gerakan pendidikan progresif yang dipelopori John Dewey, merupakan gerakan reaksi terhadap penggunaan drill & rote learning yang berlebihan dari sekolah tradisional. Hal penting pada pendidikan humanistik adalah siswa harus mempunyai substantial hand dalam mengarahkan diri mereka. Gagasan tersebut dimaksudkan agar siswa memiliki self directed, self-motivated, dan bukan sebagai penerima pasif informasi. Pendidikan humanistik tidak saja menyentuh ranah kognitif, tapi juga ranah afektif yang memfokuskan pada belajar bagaimana belajar (learning how to learn) serta meningkatkan kreativitas dan potensi manusia.


Post By Catur anggraini, S.Psi
dikutip dari Psikologi Pendidikan ( Robert E. Slavin)

Wednesday, September 5, 2012

MODEL PEMBELAJARAN KOGNITIF

1. Discovery Learning (Jerome Bruner)
Satu model pembelajaran kognitif yang sangat berpengaruh adalah Discovery Learning yang dikemukakan oleh Jerome Bruner. Menurutnya peran guru adalah menciptakan situasi belajar sedemikian rupa agar siswa dapat belajar berdasar apa yang mereka miliki, bukan memberikan paket informasi.
Bruner mengatakan bahwa mengajar bukan untuk menghasilkan perpustakaan hidup, tapi memberikan kesempatan pada siswa untuk berfikir, yang akan berguna bagi pengembangan diri. Untuk mendapatkan pengetahuan siswa harus dapat berperan sebagai sejarawan, yaitu mengambil bagian dalam proses mendapatkan pengetahuan, karena menurut Bruner pengetahuan adalah suatu proses dan bukan suatu produk.
Bruner mengusulkan seharusnya siswa belajar dengan terlibat secara aktif dengan konsep-konsep atau prinsip-prinsip, dimana mereka harus didorong untuk memiliki pengalaman-pengalaman dan melakukan eksperimen-eksperimen yang memungkinkan mereka menemukan sendiri konsep dan prinsip-prinsip tersebut.
Discovery learning terjadi apabila siswa dihadapkan pada situasi-situasi problem yang menuntut mereka untuk menemukan konsep-konsep esensial dari suatu pelajaran. Bruner menyarankan belajar melalui discovery karena discovery mendukung active learning. Menggunakan pendekatan active learning dalam mengajar berarti memberikan contoh atau problem dan kemudian meminta siswa untuk berfikir dan meneliti contoh-contoh atau problem-problem tersebut secara induktif dengan tujuan siswa dapat merumuskan satu prinsip umum.
Discovery learning banyak bisa diterapkan untuk kelompok sains. Misal: Siswa diminta mendorong masing-masing dari beberapa silinder yang berbeda besar dan beratnya, beberapa utuh dan beberapa berlubang pada jalan menurun. Melalui eksperimen semacam ini para siswa dapat menemukan prinsip-prinsip yang menentukan kecepatan lari silinder-silinder tersebut. Karena pendekatan ini dimulai dari hal yang spesifik menuju ke yang umum, maka ia memfasilitasi terjadinya penalaran secara induktif (berfikir sintesis).
Kondisi-kondisi apa saja yang dapat meningkatkan efektivitas discovery learning? (1) Siswa harus sudah memiliki pengetahuan yang diperlukan untuk bisa menemukan suatu prinsip yang diajarkan. (2) Menyediakan model-model untuk menuntun discovery, (3) Penggunaan kontras untuk merangsang konflik kognitif.
Beberapa keuntungan pemakaian Discovery Learning:
a. Memunculkan rasa ingin tahu siswa
b. Memotivasi mereka terus bekerja sampai mereka memperoleh jawaban
c. Dapat mengajar keterampilan memecahkan masalah secara independen
d. Dapat “memaksa” siswa untuk menganalisa dan “memanipulasi” informasi dan bukan sekedar menyerap informasi tersebut.
Kerja Bruner berpengaruh terhadap gerakan sekolah terbuka dan
Pendekatan humanistik dalam pendidikan.

2. Events of Learning and Instruction (Robert Gagne)
Robert Gagne mengemukakan kondisi-kondisi yang harus dipenuhi
ketika belajar berlangsung, dan mengkaitkan kondisi-kondisi tersebut dengan peristiwa pengajaran, yaitu langkah-langkah dalam mentransmisi informasi. Formulasi Gagne menguraikan hubungan antara peristiwa belajar dan peristiwa pembelajaran.
1. Peristiwa-Peristiwa Belajar (Events of Learning).
Gagne menyebutkan bahwa kegiatan belajar melibatkan internal events, yang terjadi dalam fikiran siswa, dan external events, yang dapat dipengaruhi oleh guru, siswa, maupun karakteristik bahan pelajarannya. Kesemuanya meliputi delapan rangkaian peristiwa.
a. Motivation Phase
Siswa harus dimotivasi untuk belajar dengan menunjukkan harapan
bahwa belajar akan mendapat keuntungan atau mendapat rewards seperti memenuhi rasa ingin tahu, memiliki makna bagi siswa, atau membantu untuk mendapatkan nilai baik.
b. Apprehending Phase
Siswa harus memahami ciri-ciri esensial materi pelajaran ketika belajar
berlangsung. Ini berarti siswa harus memberikan atensi terhadap aspek-aspek yang relevan mengenai apa yang dikatakan guru atau tentang ide-ide utama dalam buku teks.
c. Acquisition Phase
Informasi yang diterima siswa tidak disimpan secara langsung dalam
memory, tapi terlebih dulu harus ditransformasikan kedalam bentuk yang berarti, yang berhubungan dengan informasi yang sudah ada dalam memory siswa. Siswa dapat membentuk mental image tentang informasi tersebut atau membentuk hubungan antara informasi tersebut dengan informasi lama yang sudah dimiliki siswa. Guru dapat mendorong proses ini dengan memberi kesempatan kepada siswa untuk melihat atau memanipulasi obyek atau dengan menunjukkan hubungan antara informasi baru dengan pengetahuan sebelumnya (Ausubel: advance organizer).
d. Retention Phase
Informasi yang baru diperoleh siswa harus ditransfer dari short term
memory ke long term memory. Transfer ini dapat terjadi melalui cara rehearsal, latihan, elaborasi, atau cara lain.
e. Recall Phase
Kemungkinan yang dapat terjadi setelah belajar adalah bahwa kita
dapat kehilangan akses menuju informasi yang tersimpan dalam long term memory. Oleh karena itu merupakan bagian penting dalam belajar adalah usaha untuk mencapai akses ke bahan yang sudah kita pelajari agar kita dapat merecall informasi tersebut. Akses untuk mencapai informasi tersebut dibantu melalui pengorganisasian: pengelompokan berdasar kategori, atau konsep lebih mudah direcall daripada bahan yang disajikan secara acak.
f. Generalization Phase
Biasanya suatu informasi hanya memiliki nilai kecil kecuali kalau
informasi itu dapat diaplikasikan di luar kelas. Jadi generalisasi atau transfer informasi ke situasi-situasi baru merupakan fase kritis dalam belajar. Transfer dapat dibantu dengan mengharuskan siswa untuk menggunakan informasi ke dalam setting atau peristiwa-peristiwa baru, seperti menugaskan siswa menggunakan kemampuannya dalam pelajaran berhitung untuk memecahkan problem-problem yang nyata.
g. Performance Phase
Dalam performansinya siswa harus menunjukkan bahwa ia “memilki
kemampuan”. Misal para siswa yang baru saja mempelajari perkalian 7 dapat menunjukkan kemampuannya bahwa kalau ada tiga orang yang masing-masing memiliki 7 kelereng, maka keseluruhan kelereng akan berjumlah 21.
h. Feedback Phase
Siswa harus diberi feedback atas performansinya agar ia tahu apakah
ia telah faham atau belum atas informasi yang diberikan. Umpan balik ini dapat berperan sebagai reinforcer bagi performansi yang berhasil.
Contoh: Seorang siswa belajar memperbaiki mesin mobil dengan ditunjukkan oleh instrukturnya bagaimana memasang karburator. Setelah itu siswa diminta memasang sendiri karburator tersebut di mesin (fase performansi) dan kemudian mengecek apakah mesin mobil dapat dihidupkan (fase feedback). Jika mesin dapat dihidupkan ia akan terreinforced untuk perilaku belajarnya tersebut, sedangkan kalau mesin tidak dapat dihidupkan ia mendapatkan informasi yang bernilai untuk mengubah perilaku belajarnya, memasang kembali karburator, dan mencoba lagi.
.......bersambung......

Post By Catur anggraini, S.Psi
dikutip dari Psikologi Pendidikan ( Robert E. Slavin)

Monday, September 3, 2012

PERGURUAN TINGGI DI BAWAH KEMENTRIAN


Untuk melanjutkan ke Perguruan tinggi biasanya hanya berfikir bagaiamana bisa diterima diperguruan tinggi terkemuka. Namun, sebenarnya ada perguruan tinggi di bawah kementrian yang juga memiliki prospek bagus. Dan tersedianya lapangan kerja pada kementrian tersebut. Berikut adalah beberapa perguruan tinggi di bawah kementrian.

Kementerian Dalam Negeri

- Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN), gabungan dari STPDN dan IIP
Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral
- Akademi Minyak Dan Gas Bumi (Akamigas), Cepu, Blora, Jawa Tengah
Kementrian Hukum Dan Hak Asasi Manusia
- Akademi Imigrasi (AIM), Gandul (Cinere, Kota Depok, Jawa Barat)Akademi – Ilmu Pemasyarakatan (AKIP), Gandul (Cinere, Kota Depok, Jawa Barat)
Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata
- Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung(STPB), Bandung, Jawa Barat
- Sekolah Tinggi Pariwisata Bali (STB Bali)
- Akademi Pariwisata Medan
- Akademi Pariwisata Makasar
Kementrian Keuangan
- Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN), Kabupaten Tangerang
- Kementerian Kelautan dan Perikanan
- Sekolah Tinggi Perikanan (STP), Jakarta, DKI Jakarta
- Akademi Perikanan Bitung (APB), Bitung, Sulawesi Utara
- Akademi Perikanan Sidoarjo, (APS), Sidoarjo, Jawa Timur
- Akademi Perikanan Sorong, (APSOR), Sorong, Papua Barat
- Sekolah Tinggi Perikanan Bogor,(STP Jurluhkan), Bogor, Jawa Barat
- Bagian Administrasi Pelatihan Perikanan Lapangan Serang, (BAPPL Serang), Serang, Banten
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Ladong, (SUPMN Ladong), Nanggroe Aceh Darussalam
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pariaman, (SUPM N Pariaman), Pariaman, Sumatera Barat
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Tegal, (SUPM N Tegal),Tegal, Jawa Tengah
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Bone, (SUPM N Bone), Bone, Sulawesi Selatan
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Kota Agung, (SUPM N Kota Agung), Kota Agung, Lampung
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Pontianak, (SUPM N Pontianak), Pontianak, Kalimantan Barat
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Waeheru, (SUPM N Waeheru), Maluku, Ambon
- Sekolah Usaha Perikanan Menengah Negeri Sorong, (SUPM N Sorong), Sorong, Papua
Kementrian Komunikasi dan Informasi
- Sekolah Tinggi Multimedia MMTC (STTM MMTC), Yogyakarta
Kementrian Kesehatan
- Akademi Fisioterapi Surakarta, Jawa Tengah
- Akademi Keperawatan
- Akademi Teknik Medik
Kementrian Perhubungan
- Sekolah Tinggi Transportasi Darat Bekasi, Jawa Barat
- Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran Jakarta, DKI Jakarta
- Sekolah Tinggi Penerbangan Indonesia Curug, Jawa Barat
- Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Medan, Sumatra Utara
- Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Surabaya, Jawa Timur
- Akademi Teknik Keselamatan Penerbangan Makassar, Sulawesi Selatan
- Akademi Perkeretaapian Madiun, Jawa Timur
- Balai Pendidikan dan Pelatihan Ilmu Pelayaran Tangerang, Banten
- Politeknik Ilmu Pelayaran Makassar, Sulawesi Selatan
Kementerian Perindustrian RI
- Sekolah Tinggi Teknologi Tekstil Bandung (ST3), Bandung, Jawa Barat
- Sekolah Tinggi Manajemen Industri Jakarta (STMI), Jakarta, DKI Jakarta
- Akademi Teknologi Kulit Yogyakarta (ATK), Yogyakarta, DIY
- Akademi Pimpinan Perusahaan Jakarta (APP), Jakarta
- Akademi Teknologi Industri Padang (ATIP), Padang, Sumatra Barat
- Akademi
- Teknik Industri Makassar (ATIM), Makassar, Sulawesi Selatan
- Pendidikan Teknologi Kimia Industri Medan (PTKI), Medan, Sumatra Utara
- Akademi Kimia Analisis Bogor – (AKA), Bogor, Jawa Barat
Kementrian Pertahanan Nasional
- Akademi Militer (TNI Angkatan Darat), Magelang, Jawa Tengah
- Akademi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya, Jawa Timur
- Akademi Angkatan Udara (TNI Angkatan Udara), Yogyakarta
- Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Laut (TNI Angkatan Laut), Surabaya, Jawa Timur
- Sekolah Tinggi Teknologi Angkatan Darat (TNI Angkatan Darat), Malang, Jawa Timur
Kementrian Pertanian, Perkebunan ; Kehutanan
- Politeknik LPP Yogyakarta (PLPP), Yogyakarta,DI Yogyakarta
- Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian Agribisnis Perkebunan (STIP-AP), Medan, Sumatera Utara
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Medan (STPP Medan), Medan, Sumatera Utara
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Magelang (STPP Magelang), Magelang, Jawa Tengah
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Gowa (STPP Gowa), Makassar, Sulawesi Selatan
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Malang (STPP Malang), Malang, Jawa Timur
- Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian Bogor (STPP Bogor), Bogor, Jawa Barat
Kementrian Sosial
- Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS), Bandung, Jawa Barat

 
Powered by Media Pendidikan | Direktori Website Sekolah