Tuesday, September 18, 2012

PERKEMBANGAN INDIVIDU

Setiap mahluk hidup cendrung mengikuti pola kehidupan yang khas bagi spesiesnya. Spesies manusia memiliki karakteristik yang berbeda dengan spesies mahluk yang lain. Pertumbuhan dan perkembangan manusia secara relatif mengikuti suatu pola yang sama.
Meskipun antara individu yang satu dengan individu yang lain dalam banyak hal adalah sama, tapi juga terdapat perbedaan diantara mereka. Dalam pengertian secara kualitatif adalah sama tapi berbeda dalam kuantitatif. Perbedaan yang bersifat kuantitatif ini dapat terjadi pada aspek apapun dan dapat sangat bervariasi.
Ada tiga istilah yang seringkali dipakai secara bergantian untuk mengatakan hal yang sama, yaitu istilah-istilah growth, maturation, dan development. Walaupun ketiga konsep itu berbeda, tapi dalam prakteknya seringkali sukar untuk memisahkan antara yang satu dengan yang lainnya.
Arti kata growth menunjukkan hasil penggandaan sel, khromosom, syaraf, dsb. yang terdapat dalam diri individu. Karena itu growth adalah pertambahan secara kuantitatif baik dalam hal berat, panjang, besar, atau jumlah dari suatu ogan tertentu. Walaupun tidak selalu, pertumbuhan seringkali disertai dengan perkembangan.
Istilah maturation berarti suatu proses kemajuan dari suatu aspek menuju ke arah berfungsinya aspek tersebut. Jadi maturation adalah proses dari belum berfungsinya sampai dengan berfungsinya suatu aspek. Disebutkan bahwa maturation merupakan inner process of growth.
Development dapat diartikan sebagai perubahan-perubahan kualitas atau fungsi dari suatu aspek menyertai adanya pertumbuhan aspek tersebut dan sebagai akibat pengaruh belajar atau latihan.
Misal: aspek fisiologis individu mengalami pertumbuhan sejalan bertambahnya usia (dan selama itu pula terjadi proses maturation menuju pada kondisi mature) sehingga selanjutnya aspek tersebut dapat berfungsi, yaitu menerima pengalaman. Dengan menerima pengalaman (belajar atau latihan) maka ia mengalami perkembangan.


PEREKEMBANGAN TEORI KOGNITIF DARI PIAGET
Jean Piaget menyusun teorinya dengan meneliti anaknya dan anak-anak lainnya secara kualitatif.
Konsep-konsep utama dalam teori Piaget.
Piaget memandang perkembangan kemampuan intelektual atau kognitif anak melalui empat stage perkembangan, yang masing-masing stage dicirikan dengan kemunculan kemampuan baru dalam pengorganisasian berfikir. Menurutnya perkembangan kognitif sebagian besar tergantung pada manipulasi dan interaksi anak terhadap lingkungannya, dan pengetahuan hanya dapat diperoleh melalui perbuatan.

Skema. Pola berfikir atau pola perilaku yang digunakan anak dalam menangani objek disebut skema. Skema bisa bersifat sederhana seperti ketika seorang bayi mengetahui cara meraih suatu objek; atau bersifat kompleks, seperti siswa belajar cara memecahkan soal-soal matematika. Skema dapat diklasifikasikan dalam domain perilaku seperti memegang, nyetir mobil; atau domain kognitif seperti memecahkan problem, mengkatregorisasikan konsep.

Asimilasi. Asimilasi pada dasarnya adalah proses memasukkan objek atau peristiwa baru ke dalam skema yang ada. Proses ini mirip dengan memasukkan data baru ke dalam komputer. Tapi karena hanya data maka harus dikoding secara benar sebelum dimasukkan, objek atau peristiwa yang akan diasimilasi harus sesuai dengan skema yang ada. Oleh karena itu asimiliasi meliputi bukan hanya sekedar mengambil informasi baru, tapi juga termasuk menyaring dan memodifikasi masukan, sehingga masukan tersebut sesuai.

Akomodasi. Kadang-kadang, cara-cara lama untuk melakukan atau menyelesaikan sesuatu tidak berhasil. Misalnya, bayi disuruh pegang telur maka telur itu akan pecah karena bayi mempunyai skema memegang erat suatu objek. Sebagai akibat yang tidak diharapkan bayi akan mengubah skemanya. Piaget menggunakan istilah akomodasi untuk menerangkan perubahan skema karena berhubungan dengan objek baru.
Ekuilibrasi.
Individu yang menghadapi objek atau tugas baru dan tidak dapat menyelesaikan dengan skema yang dimiliki akan menghasilkan suatu keadaan yang disebut oleh Piaget sebagai disekuilibrium atau imbalance antara apa yang dimengerti dengan apa yang dihadapi. Secara alamiah orang akan berusaha mengurangi keadaan imbalance seperti itu dengan memfokuskan pada stimulus yang menyebabkan keadaan imbalance, dan kemudian mengembangkan skema baru atau mengadaptasi yang lama sampai keadaan balance kembali. Proses memperbaiki balance ini disebut ekuilibrasi. Menurut Piaget, belajar tergantung pada proses ini. Ketika ekuilibrium atau keadaan balance terganggu, justru anak mempunyai kesempatan untuk tumbuh dan berkembang.(motivasi)

TAHAPAN PERKEMBANGAN KOGNITIF
Piaget membagi perkembangan kognitif anak dan remaja ke dalam empat tahapan (stage), yaitu (1) sensorimotor, (2) praoperasional, (3) operasional kongkrit, dan (4) operasional formal. Perkembangan semua anak melalui keempat tahapan secara urut, tak ada yang melompat, meskipun anak yang satu dan anak yang lain melewatinya dengan kecepatan yang beda.

Stage Sensorimotor (Lahir-2tahun)
Stage ini disebut sensorimotor karena pada stage ini bayi mengeksplor dunianya dengan menggunakan indranya dan kemampuan motoriknya.
Semua bayi memiliki perilaku bawaan sejak lahir yang disebut refleks. Misalnya kalau kita menempelkan jari kita ke bibir bayi, maka ia akan mengisap jari kita; menempatkan jari kita di telapak tangan bayi maka ia akan menggenggamnya.
Berikutnya muncul perilaku yang bertujuan. Bayi hanya akan mengulangi perilaku yang menghasilkan hal menarik atau menyenangkan.
Selanjutnya memecahkan problem yang sangat sederhana, seperti mencari hal-hal yang berada di luar pandangannya. Peristiwa ini menunjukkan bahwa bayi mengerti bahwa objek itu ada dan bersifat kontinyu, bahkan ketika ia tidak melihat objek tersebut. Ini menunjukkan bahwa anak mengerti tentang kepermanenan objek (object permanence). Ketika bayi menyadari benda itu ada tapi berada di luar pandangannya, berarti bayi mulai dapat menggunakan simbul.
Tanda lain stage sensorimotor adalah munculnya belajar dengan trial and error. Misalnya objek yang diinginkan ditempatkan di atas selimut yang masih dalam jangkauan. Bayi akan mencoba beberapa kali untuk meraih objek tersebut dan berhenti ketika tak mampu meraihnya, tapi bayi yang lebih tua, ia akan mencobanya dengan cara lain, yaitu dengan cara menarik selimut sehingga objek dapat diraih.

Stage praoperasional (2-7tahun)
Kalau pada masa bayi anak mempelajari dunianya dengan memanipulasi objek secara fisik, maka pada periode prasekolah, anak sudah memiliki kemampuan menggunakan simbul-simbul untuk mengatakan suatu objek. Misalnya huruf “a” dapat berarti “apel” atau anak menyuarakan huruf “a” untuk mrngatakan apel. Selama stage praoperasional ini, pemahaman konsep dan bahasa berkembang dengan cepat (masa peka).
Penemuan Piaget terpenting pada stage ini adalah bahwa anak belum mengerti prinsip konservasi. Misalnya dua gelas yang sama berisi susu dengan volume yang sama; susu di gelas pertama dituangkan pada gelas ketiga yang lebih besar; anak mengatakan bahwa volume pada gelas kedua lebih banyak daripada volume susu pada gelas ketiga. Kesalahan kesimpulan anak pada tugas-tugas konservasi semacam itu disebut centration, (dalam contoh volume susu tersebut anak melihat pada tingginya isi susu dalam gelas dan mengabaikan lebarnya gelas).
Jalan fikiran anak pada stage ini dapat juga dicirikan sebagai tidak dapat diubah (irreversible). Menurut Piaget kemampuan mengubah cara berfikir (reversibility) merupakan satu aspek penting dalam berfikir seseorang, dan secara sederhana diartikan sebagai kemampuan mengubah arah dalam berfikir seseorang sehingga ia dapat kembali pada titik pangkal (starting point). Jika anak dapat berfikir bahwa 7 jeruk ditambah 5 jeruk menjadi 12 jeruk, maka ia akan mengerti bahwa apabila ia memiliki 12 jeruk diambil kakanya 5, maka ia mengerti masih memiliki 7 jeruk. Kemampuan mental yang dapat diubah atau dibalik (reversible) semacam ini disebut operasi.

Stage operasional Kongkrit (7-11 tahun).
Anak pada stage ini tidak banyak mengalami kesukaran dengan problem-problem konservasi karena mereka telah memperoleh kosep reversibility.
Perkembangan aspek kognitif anak ditandai dengan munculnya kemampuan berfikir secara logis tentang objek-objek kongkrit. Anak dapat menarik kesimpulan berdasar nalarnya, tidak hanya berdasar persepsi.
Satu perbedaan mendasar antara stage praoperasional dan operasional kongkrit adalah bahwa pada anak yang berada dalam stage praoperasional, memberi respon pada penampakan suatu objek, sedangkan anak pada stage operasional kongkrit memberikan respon pada kenyataan yang ia simpulkan (inferred reality). Flavell mencontohkannya dengan menunjukkan mobil mainan berwarna merah kepada anak, kemudian mobil itu dibungkus dengan warna hitam sehingga nampak berwarna hitam. Ketika anak ditanya tentang warna mobil tersebut, anak usia 3 tahun mengatakan “hitam” sedangkan anak usia 6 tahun mengatakan “merah”. Jadi anak pada stage praoperasional menjawab berdasar tampilan luarnya, sedangkan anak pada stage operasional belum mampu menyimpulkan arti dibalik apa yang ia lihat.
Anak sudah mampu berfikir secara logis yang tidak terbatas hanya pada objek yang nyata saja, tapi juga pada objek yang bersifat hipotetik dan abstrak. Anak sudah mampu memecahkan problem abstrak secara sistematis dan menggeneralisasikan hasilnya. Flavell mengidentifikasi ada tiga karakteristik berfikir operasional, yaitu (1) berfikir secara abstrak, (2) berfikir secara sistematis, dan (3) berfikir secara hipotetik dan deduktif.

Stage Operasional formal (11 tahun-masa dewasa).
Dalam stage operasional formal pola berfikir remaja berkembang menuju bentuk karakteristik berfikirnya orang dewasa. Pada masa remaja awal anak mulai mampu berfikir secara abstrak dan dapat melihat kemungkinan-kemungkinan di sebalik “di sini dan sekarang”.
Dengan munculnya kemampuan berfikir operasional formal untuk menghadapi situasi-situasi potensial dan hipotetik, maka pemahaman anak tentang “bentuk” bebeda dengan pemahaman tentang “isi”. Contoh: Anak pada stage operasional kongkrit ketika diberitahu bahwa Anggi lebih tinggi dari Rian dan Rian lebih tinggi dari Evan, mereka ia akan mengerti bahwa Anggi lebih tinggi dari Evan. Akan tetapi apabila problemnya dibuat seperti Rian lebih pendek dari Anggi, dan Rian lebih tinggi dari Evan, siapa di antara ketiganya yang paling tinggi? Anak pada stage operasional kongkrit masih mengalami kesukaran untuk menjawabnya, tapi tidak demikian bagi anak pada stage operasional formal. Anak pada stage operasional kongkrit umumnya masih tenggelam dalam kombinasi “hubungan lebih tinggi dari” dan “lebih rendah dari”.

by: Catur Anggraini, S.Psi

0 komentar :

Post a Comment

 
Powered by Media Pendidikan | Direktori Website Sekolah